Laporan Wartawan Tribun Timur, Muthmainnah Amri

TRIBUNNEWS.COM - Setelah sepuluh bulan bertugas di Malawai, petualangan medis dr Husni Mubarak Zainal menunggu. Tepatnya Maret 2013 lalu, masih di Benua Afrika namun di bagian timur, Republik Sudan Selatan.

Ia harus menghadapi cuaca panas yang ekstrem dan tinggal di kamp pengungsian. Di Sudan pun terkendala sarana prasarana sebab banyak warga setempat yang mengungsi akibat perang saudara. Sudan dan Sudan Selatan terpecah pada Juli 2011 di bawah kesepakatan damai yang mengakhiri perang saudara puluhan tahun. Maka pengungsi pun berdatangan.

Pria yang hobi menulis ini pun harus menikmati sarana yang minim. Tinggal di rumah kecil beratap jerami dan berdinding lumpur. Doro, nama kamp pengungsian, setiap hari didatangi pengungsi. Saat itu puncak kemarau, Husni kewalahan mengobati pasien anak anak yang mayoritas menderita malnutrisi. Bekerja di klinik MSF ia harus mengobati 50 ribu-an pengungsi.

Belum lagi bangsal perawatan yang dialihfungsikan dari kontainer serta tenda darurat yang dijadikan bangsal perawatan. Ditambah lagi kamp pengungsian diatas tanah tak bertuan dimana tak ada sumber air.

Di saat musim hujan pun pasien diserang malaria dan penyakit berbahaya lainnya, seperti Hepatitis E. Saat itu merupakan cobaan terberat bagi Husni dimana ia fokus bekerja untuk pasien penanganan Hepatitis E.

Ia pun harus merelakan jika ada pasiennya yang meninggal. Apalagi di negara konflik perang, mayoritas pasien terlambat ditangani. Keadaan diperparah jika ada pengungsi yang datang berobat karena telah berjalan kaki berhari hari, menderita gizi buruk dan ditambah diare pula.  Maka tak sedikit juga ia harus menyaksikan kematian miris warga korban perang itu.

Pengalamannya sebagai dokter MSF di Benua Afrika membuat rasa campur aduk. Diantara bekerja dan bersinergi bersama relawan dari penjuru negara dan mendapatkan pengalaman berharga di dua tempat.

Mendatang, pria yang hobi diving ini pun berencana merampungkan tulisan yang dikemasnya dalam sebuah buku. Sebab baginya, menulis merupakan suatu terapi. Ia pun akan melanjutkan pendidikan ilmu kedokteran, atau bisa saja ia membuka sebuah klinik di Makassar.

Husni mengakui ia suka bekerja untuk kemanusiaan. Pengalamannya menjadi relawan di Malawi dan Sudan Selatan mencoretkan pengabdian lain seorang dokter. “Saya tidak merasa lebih berguna atau punya peran lebih bekerja sebagai dokter, saya tidak merasa itu. Karena semua dokter miliki peran yang berbeda. Ke depannya saya tidak tahu di negara mana lagi saya akan ditugaskan, tapi saya ingin berbakti di Indonesia. Saya juga mau sekolah, habis sekolah kerja dimana saya belum tahu. Saya juga berencana menulis buku tentang pengalaman, saya pulang untuk menyelesaikannya,” tutupnya.  

Baca Juga:

Berpuasa di Pedalaman Afrika, dr Husni Kuatkan Hati Demi Kemanusiaan

Terpanggil Sumpah Dokter, Husni Mubarak Zainal Bergabung di MSF



YOUR COMMENT