TEMPO.CO, Singapura – Myanmar harus belajar dari Singapura, tapi tidak mencontek negeri jiran itu. Hal ini ditegaskan pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, usai berbicara dalam  The Singapore Summit.

“Saya tak berpikir bahwa Myanmar harus seperti Singapura, tapi kata yang tepat adalah ‘belajar’ (dari Singapura),” ujarnya, menjawab pertanyaan seperti apa Myanmar di masa mendatang.

Dalam hal pendidikan, ia mencontohkan, sistem pengajaran di Singapura sangat “berorientasi pasar”. Hal ini, katanya, sangat positif baik dari sisi kesiapan tenaga kerja atau indistri sebagai penyerapnya.

Ia menyatakan ribuan warga Myanmar tinggal di negeri itu. Banyak anak-anak dari elit di Myanmar, katanya, juga bersekolah di Singapura. Dari sisi sejarah, Singapura dan Myanmar juga sama-sama bekas koloni Inggris.

Baik Myanmar maupun Singapura harus saling belajar satu sama lain. Dari Myanmar, Singapura bisa belajar “cara hidup yang lebih santai dan menjalin hubungan keluarga lebih hangat dan lebih dekat”. Baginya , kesuksesan materi saja seperti Singapura tidak cukup. Untuk negaranya, dia ingin “sesuatu yang lebih.”

Ia mengatakan, Myanmar masih belum demokratis dan tidak damai, atau di bawah “aturan hukum”. Dia dan partainya berkampanye untuk mengubah konstitusi yang mendukung keberhasilan ekonomi akan memungkinkan mereka untuk hidup selaras dengan aturan demokrasi.

THE STRAITS TIMES | TRIP B



YOUR COMMENT